Rabu, 24 Agustus 2016

#2 - Informasi Akurat, Informasi Berkualitas


Kemajuan teknologi informasi berdampak pada kecepatan pertumbuhan  informasi. Masyarakat dapat mengakses informasi melalui berbagai media kapan saja dan di mana saja. Namun, jika berbicara mengenai ‘akurasi’ maka ini menjadi tidak semudah yang dibayangkan. Banyaknya informasi yang tersedia dan kemudahan dalam mengakses, ternyata tidak berbanding lurus dengan tingkat akurasi dari informasi tersebut.

Apa yang terjadi jika pengambilan suatu keputusan dalam suatu perusahaan dibuat berdasarkan informasi yang tidak akurat? Berapa banyak kerugian yang harus ditanggung? Bagaimana jika kejadian ini justru dilakukan oleh pemerintah? Mungkin anda masih ingat dengan kasus mantan menteri ESDM yang memiliki kewarganegaraan ganda? Kasus ini menjadi vital karena berkaitan juga dengan nama baik presiden (baca : http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=11983 dan http://www.tribunnews.com/nasional/2016/08/16/kasus-archandra-kelalaian-kerja-bin-yang-ujungnya-mempermalukan-presiden). Did someone forget to do the background checking or what?

Lebih lanjut mengenai keakuratan informasi, “akurat” sendiri memiliki makna teliti; saksama; cermat; tepat benar (berdasarkan pengertian KBBI versi online)[1], sedangkan informasi sering diidentikan sebagai data yang telah diolah dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan. Sehingga keakuratan informasi dapat diartikan sebagai data, dalam arti atau makna informasi, yang memiliki ketepatan dari segi isi dan memiliki manfaat penting dalam tujuannya sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan pada tindakan selanjutnya.

Keakuratan informasi tentu berdampak besar terhadap kualitas dari suatu informasi. Priyanto (2013)[2] menyebutkan jika terdapat informasi yang tidak akurat, keputusan yang diambil akan menjadi buruk dan akhirnya akan mengantarkan pada tindakan yang lebih buruk lagi. Ketidak-akuratan informasi bisa diakibatkan oleh gangguan (noise) dalam proses penyampaian (transmisi) dari pengirim ke penerima atau karena adanya kesalahan dalam pemrosesan informasi sebelum informasi tersebut dikirimkan. Kahn (2002)[3] menggambarkan aspek-aspek yang berkaitan dengan kualitas dari informasi sebagai berikut:

Tabel. Dimension of Information Quality
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya saat ini adalah kaitannya dengan konteks serta penulis dan atau penerbitnya. Suatu informasi/berita bisa saja menjadi bias jika ada kecenderungan memihak pada kepentingan kelompok tertentu. Kondisi ini mulai banyak terlihat pada media-media berita di Indonesia. Representasi yang ditampilakan dalam media bahkan perlu dipahami sebagai isu politis, dengan mempertimbangkan: Siapa yang berbicara?; Siapa/apa yang dibicarakan?; Bagaimana cara membicarakannya?; Dalam konteks apa?; dan Mengapa? (Downes & Miller, 1998).[4]


Lebih lanjut, fakta bahwa ketidakakuratan informasi ada di mana-mana adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Yang perlu dilakukan adalah memiliki kemampuan untuk memilah informasi yang akurat dan yang tidak. Lebih penting lagi, terutama bagi pekerja informasi, untuk tidak menggunakan dan atau menyebarluaskan informasi yang tidak akurat. Silberg et.al (1997) mengungkapkan bahwa internet, adalah tempat dimana setiap orang dengan komputer-nya (gadget –red) dapat berperan secara simultan sebagai penulis, penyunting, dan penerbit serta dapat berperan sebagai ketiganya sekaligus jika ia menghendaki. Dalam kondisi seperti ini, pengguna internet baik yang baru maupun yang sudah berpengalaman sama-sama menghadapi masalah untuk membedakan mana informasi yang berguna mana yang tidak (dalam Fallis, 2004).[5]


Referensi:

[1] http://kbbi.web.id/
[2] Priyanto, Ida. 2013. Nilai Informasi. (https://www.academia.edu/4553433/Nilai_Informasi)
[3] Kahn, Beverly K., Diane M. Strong, and Richard Y. Wang. “Information Quality Benchmarks: Product and Service Performance.” Communication of the ACM, April 2002/Vol.45 (No.4ve): 184-192.  
[4] Downes, Brenda; Steve Miller. 1998. Media Studies. London: Hodder Headline.

[5] Fallis, Don. “On Verifying the Accuracy of Information: Philosophical Perspective”. Library Trends, Vol. 52 No. 3, 2004: 463-487.

9 komentar:

  1. Its important to filtering everything around us!!

    "terutama bagi pekerja informasi, untuk tidak menggunakan dan atau menyebarluaskan informasi yang tidak akurat" penting jg kiranya bagi duo hoax utk membaca kalimat ini he3 #justajoke

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha.. sayang nggak bisa tag langsung ke duo hoax sensational itu yaa..

      Hapus
  2. Sip artikelnya menambah wawasan saya, terima kasih Mba Futri,
    Oiya biar lebih sip lagi tambahkan kalimat penutup dalam paragraf terakhir artikelnya, misalnya "Demikianlah paparan mengenai informasi yang akurat dan berkualitas" :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, okey2.. terimakasih masukannya ya.

      Belum ada penutup ini ternyata.. hehe

      Hapus
  3. mengenali aspek kualitas informasi dalam kaitannya dengan konten, author, penerbitnya menjadi penting dalam dunia sekarang ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pak.. setuju pake banget soal ini.

      Hapus
    2. Masukan Pak Ida sdh saya tambahkan. Pada paragraf ke-4.

      terima kasih pak :)

      Hapus
  4. Makasih Mb Futri untuk informasi tentang aspek-aspek kualitas informasi yang ternyata jumlahnya lumayan banyak. Menambah pengetahuan lagi tentang dimensi kualitas informasi.

    BalasHapus